AYOGROUP - Suatu hari di tahun 2004, seorang pria digiring masuk ke dalam Kamp Bucca, fasilitas tahanan yang dikelola militer Amerika Serikat di Basra, Irak selatan. Tak ada yang menarik dari sosok pria itu, hanya gelar doktor di bidang studi Islam yang membuat pria bernama Ibrahim Awad Ibrahim Ali al Badri, seorang penceramah kecil dengan jemaah segelintir. Aparat AS menciduknya karena ikut mendirikan kelompok radikal yang disebut Jamaat Jaysh Ahl al Sunnah.
Tapi tak disangka, 11 tahun berikutnya, justru pria bergelar doktor tersebut, muncul dengan nama baru, Abu Bakr al-Baghdadi, dan mengklaim dirinya sebagai pimpinan Khalifah, pemimpin semua umat Islam di seluruh dunia.
Berawal dari Kamp (Penjara)
Apapun itu, Abu Bakr-al-Baghdadi yang dikenal pendiam dan karismatik kini menjadi orang paling dicari di muka Bumi. Dan organisasinya, ISIS menebar teror ke penjuru dunia.
Organisasi yang dipimpinnya terkenal begitu mematikan dan paling berhasil merekrut orang asing dalam sejarah. Parah ahli meyakini bahwa Kamp Bucca memainkan peran penting dalam perkembangan kelompok ekstremis itu.
Menurut peneliti Quillam Foundation Rachel Bryson, yang memiliki spesialisasi soal ISIS dan jihad.
Ia mengatakan, kamp luas itu seakan menjadi 'universitas' bagi para teroris, yang memungkinkan lebih dari 26.000 tahanan untuk membuat jejaring dan menyusun cetak biru dari organisasi yang kini dikenal sebagai ISIS.
"Mereka yang radikal menjadi 'dosennya' dan tahanan lain adalah mahasiswanya," kata Bryson. "Seperti ISIS, tujuan mereka adalah membangun sebuah negara...Itu (Kamp Bucca) adalah tempat di mana ahli agama, ahli pendidikan, ahli militer, dan mereka yang menguasai berbagai bidang bisa bertemu dan merancang sesuatu."
Al-Baghdadi adalah satu dari ratusan ribu orang yang ditahan di fasilitas penjara yang didirikan AS setelah invasi atas Irak. Meski eksistensinya tak terlalu dikenal.
Penjara tak terkenal
Peran Bucca sebagai tempat perkembangbiakkan radikalisme jenis baru yang lebih bahaya tak tersentuh radar. Setidaknya 9 pemimpin senior ISIS pernah ditahan di sana, termasuk mereka yang ditugasi menyediakan senjata, militan asing, dan penyokong program untuk keluarga para 'martir'.
Mayor Jenderal Doug Stone, menjadi salah satu pengelola fasilitas tahanan dan dipuji atas pendekatan barunya mengatakan, jika seseorang ingin membangun angkatan bersenjata, penjara adalah tempat yang tepat.
"Di sana kita memberi mereka perawatan kesehatan dan gigi, memberi makan, dan yang lebih penting, menjaga mereka tak terbunuh dalam pertempuran," kata dia dalam buku yang ditulis Michael Weiss dan Hassan Hassan.
Seorang pemimpin ISIS kepada Guardian tahun 2014 mengatakan, Bucca menyediakan 'lingkungan yang sempurna' bagi para teroris untuk tinggal, duduk bersama, dan menyusun rencana.
Ia yang tak mau disebut namanya, minta dipanggil menggunakan julukannya saat gerilya: Abu Ahmed.
Abu Ahmed mengatakan, selama di dalam tahanan, Abu Bakr-al Baghdadi membangun jaringan teror, dengan memanfaatkan kedekatannya dengan petinggi AS.
Menurut Ahmed, strategi baru Al Baghdadi mendirikan ISIS diciptakan di bawah pengawasan pihak AS. "Seandainya tak ada penjara AS di Irak, ISIS tak bakal ada. Kamp Bucca adalah pabrik. Yang mencetak kami. Di mana ideologi kami tumbuh."
Saat Mayor Jenderal Doug Stone datang ke penjara, menerapkan strategi baru yang mendobrak, dan memperkenalkan pemuka agama yang moderat, langkahnya sudah telat.